REDUPNYA
CAHAYA “SANG MATAHARI”
Muhammadiyah
merupakan salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia.
Organisasi dengan simbol matahri terbit ini, mengusung gerakan modern
Islam sesuai dengan tuntutan zaman.
Usia
Muhammadiyah telah lebih dari 1 abad, waktu yang tidak singkat bagi
Muhammadiyah untuk mengembangkan sayap dakwahnya demi mencapai
masyarakat Islam yag sebenar-benarnya. Dengan perjalanan yang panjang
itu, Muhammadiyah telah memiliki kader-kader umat yang sangat besar
yang tersebar di tiap daerah di Indonesia. Yang tersebar di AUM,
Ortom, Cabang, maupum ranting. Kader merupakan aset terbesar yang
berperan untuk meneruskan cita-cita Muhammadiyah mewujudkan
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya dan sesuai dengan tuntutan
zaman. Dari sinilah Muhammadiyah dikenal dengan organisasi Islam yang
modern, yang berusaha mengikuti perkembangan zaman dengan kesesuaian
Islam. “Sang Matahari Terbit” sadar betul bahwa tantangan setiap
zaman akan berbeda dan semakin berat serta kompleks di bandingkan
dengan masa-masa lalu. Pola gerakan yang dicptakan haruslah semakin
strategis agar mampu menyikapi perubahan di dalam masyarakat di tegah
tantangan global sekarang ini.
Kegiatan
dakwah yang dilakukan selama ini mesti dirubah dan dimanajeman
sedemikian rupa agar jalur-jalur dakwah tidak tergerus oleh kencagnya
ombak globalisasi media. Pencitraan pada tubuh “sang Matahari
Terbit” tentulah pelu agar eksistensi dan posisi Muhammadiyah tetap
memilliki peran, dan andil dalam kehidupan masyarakat.
Tak
bisa Dipungkiri
,
kecenderungan global peradaban
manusia
ke depan adalah perkembangan pesat dunia komunikasi dn informasi.
Kita tidak bisa memungkiri
bahwa komunikai dan informasi menjadi kebutuhan pokok Muhammadiyah
sebagai gerakan dakwah. Sehingga, selain dakwah-dakwah kultural di
masjid-masjid, sistem dakwah dapat dilakukan melalui beberapa media.
Seperti majalah, radio,buletin dan website. Agar rantai dakwah tidak
terputus,maka media-media yang ada harus dikuasai guna memperpanjang
rantai dakwah Muhammadiyah.
Mengerucut
pada sistem dakwah Muhammadiyah
yang
dipusatkan pada PDM yang ada di setiap daerah. PDM (Pusat
Dakwah
Muhammadiyah) memegang peranan penting dalam menyampaikan misi-misi
dakwah Muhammadiyah kepada masyarakat di tiap daerahnya. Setiap
daerah memiliki cara tersendiri dan gaya yang berbeda dalam
menyampaikan misi dakwah ini. Begitu pula yang dilakukan oleh PDM
kota Surakarta, membangun rantai dakwah dengan cara menjalin
komunikasi yang intens dengan cabang, rating, AUM dan Ortom. Namun
efaktivitas penyampaian informasi tersebut perlu ditinjau ulang.
Seperti yang diungkapkan oleh Sulakir (47th) karyawan salah satu AUM
di Surakarta, mengungkapkan bahwa minimnya komunikasi dan sosialisasi
kegiatan-kegiatan dakwah yang dilakukan, menjadikan warga
Muhammadiyah tidak paham bagaimana proses dakwah yang dilakukan oleh
Pusat Dakwah itu sendiri, kurangnya pemanfaatan media sebagai
perantara dakwah dirasakan pula imbasanya oleh warga Muhammadiyah.
Pesan-pesan dakwah dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan jarang
diketahui oleh warga Muhamadiyah. Selama ini sistem komunikasi dan
informasi dibangun atas dasar kesadar AUM, dalam intern AUM sendiri,
setiap Senin jam 08.00wib para karyawan mendaptkan siraman rohani
rutin, hal ini merupakan upaya dari AUM untuk melangsungkan
komunikasi dan informasi dakwah Muhammadiyah, tuturnya.
Hal
serupa juga dirasakan warga muhammadiyah yang lain, menurut Baedhowi
(sekertaris ranting Sundakan) menguraikan bahwa komunikasi dan
informasi menjadi salah satu kebutuhan pokok untuk meneruskan mata
rantai kegiatan dakwah dari PDM. Majelis studi pustaka memegang
peranan penting dalam hal mempublikasikan berbagai kegiatan yang
mendukung keberlangsungan komunikasi dakwah ini. Jarang pula kita
jumpai di berbagai media mengangkat identitas Muhammadiyah, hal ini
menjadi penting untuk diperhatikan bahwa pencitraan itu perlu untuk
eksistensi gerakan Muhammadiyah itu sendiri. Upaya-upaya telah
dilakukan oleh ranting sendiri guna meneruskan misi dakwah
Muhammadiyah, dengan melakukan pengajian ahad pagi yang dilakkan
rutin setiap ahad, ini yang baru bisa dilakukan ranting untuk menjaga
komunkasi dan menyampaikan informasi kepada warga Muhammadiyah.
Berbeda mungkin dengan langkah yang dilakukan oleh pimpinan pusat
dawah dengan mendirikan radio Mentari yang menjadi salah satu media
dakwah Muhammadiyah, pernah ada buletin Mentari yang terbit setiap 2
minggu sekali dan tiap ranting mendapatkan
@50 lembar, tapi sekarang sudah tidak keluar lagi. Adanya radio
pun
mungkin kurang begitu menyedot perhatian dari warga Muhammadiyah,
karena dikalahkan dengan media yang lebih canggih yaitu TV,
ungkapnya.
Kurangnya
perhatian terhadap media komunikasi dan informasi oleh pimpinan pusat
dakwah Muhammadiyah ,menjadi satu momok yang menakutkan bagi
keberlangsungan misi dakwah yang diemban oleh Muhammadiyah. Harusnya
media menjadi kunci utama dalam membuka gerbang kebelangsungan “Sang
Matahari Terbit”, agar semua misi dakwah bisa tersampaikan
menyeluruh sampai kelapisan bawah warga Muhammadiyah. Agar
Muhammdiyah sang gerakan Modernis Islam, tidak semakin lama semakin
terkikis dan tengelam di tengah gempuran tantangan dunia global yang
semakin modern.